Seberapa Pentingkah Sekolah Itu? Simak Penjelasannya
Saturday, September 5, 2020
Edit
Sekolah penting atau tidak?, sebagai orang tua yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukkan anak pada sekolah-sekolah yang mempunyai fasilitas baik atau yang mempunyai kelebihan-kelebihan dari yang lain.
Dengan kata lain, jika di kota kita terdapat dua atau beberapa sekolah pilihan maka sekolah dengan sekolah dengan akreditasi A (akredirasi sekolah/universitas adalah tolak ukur tentang mutu dari sekolah/universitas) akan menjadi pilihan yang pertama daripada sekolah dengan akreditasi B apalagi sekolah yang tidak terakreditasi.
Nach dalam memilih sekolah dan pemikiran tentang sekolah, orangtua sebaiknya membaca atau bisa mendengar langsung apa yang disampaikan oleh Dedy Corbuzier tetang sekolah, terkhusus untuk “sekolah made in Indonesiaâ€.
Seperti apa pemikiran Dedy Corbuzier tentang sekolah, mari kita simak;
Sekitar enam tahun yang lalu saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah tersebut, karna setelah itu banyak guru dan kepala sekolah yang datang kepada saya mengatakan bahwa, apa yang saya sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang datang pada saat itu, karna saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.
Tapi saya akan mengatakan lagi hal ini ke anda supaya anda dapat mendengarkan apa yang saya sampaikan pada saat itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk suara rekaman suara saya.
Pertama, saya ingin mengatakan dulu bahwa sekolah itu,
"Penting". Ok?
Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.
Mengapa?
Begini saja...
Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak-anak yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak-anak yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa.
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.
Kalau anda lihat dari, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak-anaknya menjadi guru.
Jadi, guru matematika, ingin membuat anak-anaknya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin membuat anak-anaknya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru-guru lainnya.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika. Lalu, kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.
Lalu mengapa, kalau guru-guru tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik, tapi murid-muridnya dipaksakan mendapatkan semua nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar, katanya.
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Iya tidak???
Karna, pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga murid-murid.
Murid-murid tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.
Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya sampai sekarang tidak tau kenapa saya harus mempelajari peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi, saya juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.
Atau, menghafalkan nama-nama gubernur, menghafalkan nama-nama walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.
Jadi, sangat amat tidak masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu sekarang masih atau tidak harus menghafal nama-nama tersebut. Dulu saat saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya lupa, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
"Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses."
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu adalah fakta..
Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah?
Sekolahnya?
Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.
Jadi seperti orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa yang dia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa menghafalkan semuanya, tapi begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.
Kenapa?
Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal. Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya anak-anak tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak kanannya tidak dipakai.
Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya sudah diarahkan ke pelajaran mana yang dia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke kelas untuk mengajar anaknya.
Lalu bagaimana merubah itu semua???
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu saat bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua, dengarkan ini baik-baik.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak-anak, minta orangtua anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin dia akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.
Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les tambahan matematika?
Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka
tidak suka.
Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran-pelajaran yang kalau nilai anda jelek maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas.
Ya, kalo pelajaran-pelajaran seperti itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup untuk lulus dan naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.
Ingat! nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak menentukan masa depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi manusia kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan menurut saya.
Kuncinya adalah orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...
Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
- Tidak perlu takut untuk mendapatkan nilai jelek!
- Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
- Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!
Ada lho, anak yang sampai bunuh diri karna dia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa depannya.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu.
Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.
Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di Indonesia.
Memberikan dukungan pada anak-anaknya, tidak memarahi anak pada saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada saat tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.
Ingat sekali lagi bahwa,
- Masa depan anda tidak tergantung pada pintar tidaknya anda di sekolah
- Masa depan anda tidak tergantung pada anda naik kelas atau tidak naik kelas
- Masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai rapor anda.
- Masa depan anda sebenarnya tergantung pada kemampuan anda bersosialisasi,
- Masa depan anda tergantung pada cara dan sikap anda dalam menambah pengetahuan anda setiap harinya dari mana saja. Dari majalah, dari internet, bari buku, dari cerita dari pengalaman-pengalaman orang, dari mana saja yang anda sukai.
Masa depan anda, tidak tergantung dari nilai sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang-kadang, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang-kadang, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.
Apa yang disampaikan Dedy Corbuzier diatas dapat kita jadikan catatan tentang dunia sekolah yang akan dihadapi oleh anak-anak kita besok. Sebagai tambahan catatan Bill Gates tentang sekolah ini juga perlu Anda simak Bill Gates: Mendapatkan Gelar Adalah Jalan Lebih Pasti Untuk Sukses.
Jika Bermanfaat👌 Jangan Lupa Untuk Berbagi ðŸ™Share is Caring👀
Jika ingin mendengarkan pemaparan secara langsung dengan suara Dedy Corbuzier dapat mendegarnya pada Dedy Corbuzier.
Kisah sukses dan bagaimana mulianya Cristiano Ronaldo setelah sukses, mari kita simak;
Artikel ini sebelumnya di Posting oleh http://www.defantri.com