Perpisahan Tidak Lain Ialah Bab Dari Proses Pendewasaan
Wednesday, April 24, 2019
Edit
Saya mencintai segala hal yang saya miliki dalam hidup.
Saya berguru atas apa yang terjadi dalam hidup saya.
Semua orang menginginkan senang dalam hidup, ya termasuk saya.
Namun kadang saya tak bersyukur dengan apa yang saya miliki dan apa yang telah
Tuhan berikan pada saya.
Saya hanya manusia, yang mempunyai seribu kelebihan dan sejuta kekurangan
karena tepat hanyalah milik Tuhan.
Saya berguru untuk menghargai segala kelebihan dan kekurangan saya,
Saya berguru atas apa yang terjadi dalam hidup saya.
Semua orang menginginkan senang dalam hidup, ya termasuk saya.
Namun kadang saya tak bersyukur dengan apa yang saya miliki dan apa yang telah
Tuhan berikan pada saya.
Saya hanya manusia, yang mempunyai seribu kelebihan dan sejuta kekurangan
karena tepat hanyalah milik Tuhan.
Saya berguru untuk menghargai segala kelebihan dan kekurangan saya,
menghargai segala apa yang saya miliki, termasuk orang-orang yang saya punya, orang-orang yang saya sayangi.
Saya selalu berguru menghargai mereka alasannya yakni saya tahu sesuatu terasa berharga kalau sudah hilang.
Saya bersyukur atas hidup saya ini,
walaupun lika liku duduk perkara kadang ada, tapi saya harus bisa menjadikannya sebuah pelajaran untuk saya menjadi orang yang lebih baik ke depannya, alasannya yakni hal itu menciptakan saya yakin selalu ada kebahagiaan di hari kelak, jauh lebih bahagia.
Bukan soal amarah ataupun dendam.
Kali ini hanya soal bagaimana bernegosiasi dengan kenyataan.
Aku tak berpura-pura ataupun menyembunyikannya, saya hanya mencari cara.
Mencari cara biar saya bisa menciptakan ini sebagai satu kebahagiaan.
Ingat, bukan hanya untukku.
Aku tak akan membohongi perasaan. Apa itu namanya luka?
Tapi ada perasaan lain yang lebih berpengaruh dari hanya sekedar luka.
Keputusanku bukan untuk membuatnya menangis, tapi untuk saya membuatnya bahagia.
Jika aku, saya tak bisa untuk itu.
Banyak kehidupan disana yang akan membuatnya tersenyum.
Jangan aku. Karna saya tak akan mampu.
Memang dulu yakni sebuah langit.
Tapi kali ini ku anggap yakni bintang. Kau tak bisa ku lihat ketika ini.
Seperti bintang, ketika ini tak bisa dilihat di langit malam yg luas.
Walaupun saya tahu, kau memberi cahaya.
Seperti berlayar di samudra.
Aku tak tahu ujungnya dimana dan akan menyerupai apa.
Satu saja yang bisa ku yakini,
Kau satu. Bukan untukku lagi.
Keikhlasan menciptakan saya merasa lebih bahagia.
Karna itu terbaik, karna saya sadar, saya tak bisa untuk sepenuhnya membuatnya tersenyum.
Tak mampu...........
Berbagai Sumber
Saya selalu berguru menghargai mereka alasannya yakni saya tahu sesuatu terasa berharga kalau sudah hilang.
Saya bersyukur atas hidup saya ini,
walaupun lika liku duduk perkara kadang ada, tapi saya harus bisa menjadikannya sebuah pelajaran untuk saya menjadi orang yang lebih baik ke depannya, alasannya yakni hal itu menciptakan saya yakin selalu ada kebahagiaan di hari kelak, jauh lebih bahagia.
Kali ini hanya soal bagaimana bernegosiasi dengan kenyataan.
Aku tak berpura-pura ataupun menyembunyikannya, saya hanya mencari cara.
Mencari cara biar saya bisa menciptakan ini sebagai satu kebahagiaan.
Ingat, bukan hanya untukku.
Aku tak akan membohongi perasaan. Apa itu namanya luka?
Tapi ada perasaan lain yang lebih berpengaruh dari hanya sekedar luka.
Keputusanku bukan untuk membuatnya menangis, tapi untuk saya membuatnya bahagia.
Jika aku, saya tak bisa untuk itu.
Banyak kehidupan disana yang akan membuatnya tersenyum.
Jangan aku. Karna saya tak akan mampu.
Memang dulu yakni sebuah langit.
Tapi kali ini ku anggap yakni bintang. Kau tak bisa ku lihat ketika ini.
Seperti bintang, ketika ini tak bisa dilihat di langit malam yg luas.
Walaupun saya tahu, kau memberi cahaya.
Seperti berlayar di samudra.
Aku tak tahu ujungnya dimana dan akan menyerupai apa.
Satu saja yang bisa ku yakini,
Kau satu. Bukan untukku lagi.
Keikhlasan menciptakan saya merasa lebih bahagia.
Karna itu terbaik, karna saya sadar, saya tak bisa untuk sepenuhnya membuatnya tersenyum.
Tak mampu...........