Manajemen Pikiran

"Allah mengikuti sangkaan seorang hamba terhadap-Nya"
 
Jadi, ketika kita berpikir positif, maka itulah yang akan Allah kirimkan kepada kita. Ketika seorang menganggap dirinya berhasil, menggangap dirinya gagal, menganggap dirinya kecewa, atau menganggap dirinya susah, maka Tuhan akan mengirimkan pikiran itu kepada dirinya. If you think you can, you can. If you can not, you can not. Kalau Anda berpikir bisa, Anda niscaya bisa. Tapi, jikalau Anda berpikir sudah tidak bisa, maka Anda tidak akan bisa. Tuhan akan menakdirkan Anda tidak bisa. Maka, mulailah cara berpikir kita yang positif sehingga Allah akan mengirimkan kepada Anda pikiran yang positif, mind management.

Para insan sejati, di dalam kehidupan mungkin Anda pernah mengalami apa yang aku sebut dengan istilah 4L: Letih, Lesu, Loyo, Lemah. Bukan hanya secara pikiran, bukan hanya secara batin, tapi juga secara fisik. Bisa secara fisik, bisa secara mental, bisa secara spiritual. Maka, kita perlu yang namanya physical fitness, mental fitness, dan spiritual fitness. Tapi, di kepingan pengantar ini aku akan fokus membahas kenapa di dalam diri kita ada yang namanya 4L tadi. Kenapa itu masuk ke dalam diri kita? Menyerang kehidupan kita? Bahkan, ini tidak terjadi secara individu saja, tetapi secara konteks masyarakat pun terjadi.

Ada ketidaksemangatan dalam hidup. Kita akan melihat di sini kenapa kita menjadi tidak punya kekuatan dalam hidup ini. Why do become powerless. Kita punya power, tapi kenapa hari ini kita merasa tidak punya kekuatan untuk menuntaskan persoalan-persoalan kita? Kita tidak bisa memecahkan masalah, bahkan masalah itu terasa lebih besar dibandingkan kemampuan kita. Kenapa ini terjadi? Itu lantaran powerless. Kekuatan kita tidak muncul.

Saya mengajak Anda untuk mengenal darimana powerless ini muncul, darimana kekuatan-kekuatan yang berkurang ini muncul, kenapa kita menjadi powerless dalam kehidupan kita. Apa hambatan-hambatan yang dialami oleh seseorang sehingga dirinya menjadi powerless? Apa yang menimbulkan 4L itu bisa datang? Ada 4 penyebab: 2 penyebab yang tiba dari dalam diri kita sendiri, dan 2 penyebab yang tiba dari luar. Ada penyebab secara internal dan ada penyebab secara eksternal.

Penyebab secara internal, pertama, ialah apa yang disebut dengan bad self image, ada satu gambaran diri yang negatif. Tanpa disadari oleh kita, sehabis kita berpuluh-puluh tahun menjalani hidup ini, tanpa terasa di dalam kehidupan kita dihinggapi oleh apa yang disebut bad self image. Ternyata image itu bukan hanya untuk perusahaan saja, diri kita juga perlu merk image, perlu citra. Setiap orang perlu citra. Tapi, jikalau gambaran yang sudah terbentuk dalam diri kita ialah negatif, akan sulit buat kita untuk maju ke depan.

Bad self image ini muncul dari lingkungan yang paling akrab dengan Anda, keluarga, ini yang paling dominan. Berdasarkan suatu penelitian, yang bisa mengubah dan membuat image seseorang ialah dari kehidupan di rumah Anda. The first school is at home and the first teacher is mother ‘sekolah pertama untuk Anda itu ialah di rumah dan guru pertama yang paling baik itu ialah ibu Anda sendiri di rumah’. Keluarga inilah yang akan membentuk merk image ini positif atau negatif.

Para insan sejati, pernahkah Anda mengalami satu situasi ketika Anda masih sekolah di SD kemudian Anda mendapatkan rapor dan Anda pada waktu itu agak kaget lantaran dari rapor Anda banyak yang merah dibandingkan yang bukan merah kemudian Anda menerima ranking di bawah 20. Anda aib untuk menyerahkan rapor ini kepada orang renta Anda. Akhirnya Anda terpaksa menyerahkan. Apa lisan wajah orang renta Anda ketika melihat rapor Anda itu jelek? Tanpa disadari muncullah kata-kata, “Memang kau ini orang yang bodoh, kau tuh tidak pintar, tidak ibarat abang kamu.” Masuklah kata-kata tadi ke dalam pikiran kita dan itu terjadi berulang-ulang dalam kehidupan Anda, “You are stupid, Anda bodoh. Anda tidak pintar, Anda goblok,” dan segala macam bentuk istilah-istilah yang lain. Dan, istilah yang lebih berangasan daripada itu masuk ke dalam pikiran Anda. Lalu, tanpa sadar itu membentuk satu rekaman yang sangat luar biasa di dalam otak Anda. Akhirnya, ketika Anda menjadi dewasa, Anda punya satu label, maaf,
seolah-olah di atas jidat Anda tertulis kata-kata, “I am a stupid, aku ialah orang yang bodoh, aku ialah orang yang tidak pandai.” Ketika Anda berusaha untuk pandai atau maju, maka Anda selalu dihinggapi oleh perasaan, “I am stupid, aku ialah orang yang bodoh.” Itu yang aku maksud dengan bad self image.

Kalau sebuah perusahaan mengeluarkan uang miliaran rupiah hanya untuk memperbaiki gambaran merek perusahaan, how to create merk image, bagaimana membuat merk image sebuah perusahaan. Saya punya beberapa mitra yang menjadi konsultan di bidang merk image, nilai proyeknya luar biasa. Ada yang 10 miliar, ada yang 20 miliar, hanya untuk mengubah logo atau untuk mengubah semboyan. Hanya untuk mengubah moto atau warna, mereka habiskan dana yang cukup besar. Tapi, apakah Anda terpikir untuk mengeluarkan selain dana, melainkan pikiran dan waktu Anda untuk mengubah self image Anda yang sudah negatif tadi? Pernahkah kita terpikir untuk investasikan waktu kita, tenaga kita, dan pikiran kita untuk mengubah image kita yang negatif di mata orang atau di mata kita sendiri?

Ini hal pertama yang menimbulkan Anda bisa mengalami lesu, letih, loyo, lemah dan sebagainya. Karena bad self image, ada gambaran diri yang negatif. Kita harus jauhi gambaran diri yang negative. Marilah kita bangkit dengan self image yang positif. Itu yang pertama.

Kita lihat yang kedua, apa yang disebut dengan bad experience, pengalaman buruk atau dalam dunia psikologi disebut dengan traumatic syndrome. Pernah Anda mengalami traumatic syndrome? Mungkin ada beberapa pola masalah yang bisa aku sampaikan di sini. Salah satunya apa yang disebut dengan istilah, maaf, sexual harrasment atau sexual abussment. Pernah Anda membaca sebuah gosip atau artikel di satu koran atau majalah, seorang anak gadis, maaf, diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri. Ketika sampaumur mungkin ia akan mengalami apa yang disebut dengan traumatic syndrome. Dia merasa dirinya sudah tidak punya nilai apa-apa, “Apalah artinya saya, aku pernah mengalami sexual harassment atau sexual abussment dari orang renta saya, dari ayah kandungnya sendiri.”

Setiap orang niscaya mendapatkan musibah, tinggal bagaimana kita menilai kejadian itu, positif atau negatif, lantaran Tuhan berfirman dalam surah Ali Imran ayat 191, “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, dan selamatkanlah kami dari api neraka.” Apa pun peristiwa alam yang menimpa kita, walaupun kita tidak siap mendapatkan peristiwa alam itu, intinya itu tidak ada yang sia-sia, semua itu ada manfaatnya, ada hikmahnya. Kata orang bijak, ada nasihat di balik itu semua.

Jadi itu yang kedua, apa yang disebut dengan bad experience. Pernahkah Anda mengalami situasi ibarat itu? Pernahkah anak Anda mengalami situasi ibarat itu? Pernahkah pasangan hidup Anda mengalami pengalaman buruk ibarat itu? Kalau iya, itu akan menimbulkan 4L tadi: Letih, Lesu, Loyo, dan Lemah. Karena bad experience tadi, pengalaman buruk menimpa Anda. Dan, bentuknya pada setiap orang itu berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi, tergantung bagaimana Allah memperlihatkan kepada dia, Karena Allah selalu mempunyai satu skenario yang beraneka ragam pada setiap manusia, that’s a miracle of life, itulah misteri kehidupan, itu hal yang sangat luar biasa.

Kita masuk kepada penyebab yang ketiga dari 4L tadi. Bad partner. Ketika Anda salah menentukan teman, Anda salah menentukan pasangan, maka ini akan menjadikan Anda mengalami powerless. Ada satu ungkapan seorang filsuf, “Sebutkan teman-teman Anda, aku akan tebak siapa diri Anda.” Ketika Anda menentukan teman, itu akan menggambarkan siapa diri Anda sebenarnya. Kalau Anda terbiasa berteman dengan teman-teman yang negatif, maka Anda akan menjadi negatif juga. Ketika Anda biasa berteman dengan yang positif, maka Anda pun akan berpikir positif juga. Ini bisa menjadi penyebab Anda untuk mengalami powerless tadi, bad partner, Anda tidak berakal menentukan teman.

Para insan sejati, di dalam salah satu nasihat nabi kita Muhammad saw., ada satu parameter yang membantu kita untuk bisa menentukan sahabat yang baik itu ibarat apa sih sebenarnya. Teman di sini maksudnya luas, bisa sahabat kehidupan, cara menentukan suami atau istri. Atau sahabat dalam arti orang kepercayaan, jikalau Anda seorang pimpinan maka Anda perlu orang kepercayaan. Bisa majemuk bentuknya. Nabi Muhammad saw. memberi satu patokan bagaimana menentukan sahabat yang baik. Kata beliau, ketika kita sudah ingin menentukan seorang teman, maka engkau harus melihat pada 3 aspek. Yang pertama, sudahkah Anda bermalam di rumahnya, dalam arti positif tentu saja. Karena setiap orang itu akan berbeda penampilannya pada ketika di luar rumah dan di dalam rumah. Yang kedua kata Nabi, sudahkah engkau musafir (bepergian jauh) bersamanya. Yang ketiga, sudahkah Anda mengadakan transaksi bisnis bersama dia, sudahkah Anda melaksanakan muamalah dengan dia. Banyak orang yang jujur dalam keseharian, tetapi begitu bicara masalah bisnis atau uang, adakala perubahan perilaku itu akan terjadi.

Oke, kita lihat penyebab yang keempat dari 4L yakni bad environment, lingkungan yang buruk, al-biah assayyiah. Para insan sejati, tidak cukup hanya sekadar sahabat yang baik, kita membutuhkan sebuah komunitas. Katakanlah Anda kini mempunyai satu motivasi yang berpengaruh untuk maju, Anda optimis, Anda positive thinking, tapi jikalau Anda berada dalam satu lingkungan yang negatif, lama-lama Anda akan mengalami satu kontaminasi, nilai-nilai kebaikan Anda akan luntur dan hilang. Kenapa? Terlalu banyak dominansi lingkungan terhadap diri Anda. Atau sebaliknya, jikalau kita berada dalam lingkungan yang positif, walaupun kita awalnya negatif, masuk ke dalam lingkungan yang positif, kita akan terkotori yang positif juga, kita akan tertular yang positif juga.

Jadi, pemilihan lingkungan sangat penting sekali. Itulah sebabnya di dalam Islam ada yang namanya konsep hijrah. Saya memahami hijrah ini bukan hanya satu aspek, tapi bagaimana kita melihat hijrah ini dalam 2 aspek. Hijrah secara fisik dan hijrah secara mental. Kita tidak hanya perlu hijrah secara fisik, tapi juga hijrah secara mental.

Untuk menjadi baik tidak cukup hanya sekadar perubahan secara spiritual, tapi kita juga harus menentukan lingkungan yang baik, pilihkan bawah umur kita dengan lingkungan yang baik, sekolah yang baik, daerah tinggal yang baik, pilihkan suami atau istri kita dengan lingkungan rumah tangga yang baik. Kita bentuk suasana rumah tangga itu rumah tangga yang ideal. Pilihlah untuk masyarakat kita suatu komunitas yang baik, pilihlah untuk rakyat kita lingkungan bangsa yang baik. Kalau semua sudah dibingkai dengan lingkungan yang baik, maka insya Allah kita tidak akan terjebak terhadap penyebab terjadinya 4L (Letih, Lesu, Lelah, dan Lemah) ibarat bad partner, bad self image, bad experience, dan traumatic syndrome.



Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel