Makna Senang Dalam Keluarga Sakinah
Thursday, March 7, 2019
Edit
Makna senang di dalam keluarga berkaitan dengan tingkat duduk kasus yang dihadapinya. Kebahagiaan bergotong-royong dalam kehidupan keluarga bukan dikala komitmen nikah, bukan pula dikala bulan madu, tetapi dikala pasangan itu telah membuktikan bisa mengarungi samudera kehidupan sampai ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Hidup berumah tangga bagaikan mengarungi perahu di tengah samudera luas. Lautan kehidupan menyerupai tak bertepi, dan medan hamparan kehidupan sering tiba-tiba berubah. Memasuki lembaran gres hidup berkeluarga biasanya dipandang sebagai pintu kebahagiaan. Segala macam harapan kebahagiaan ditumpahkan pada forum keluarga. Akan tetapi sehabis periode harapan indah terlampaui orang harus menghadapi realita kehidupan.
Sunnah kehidupan ternyata ialah duduk kasus Kehidupan kita, tak terkecuali dalam lingkup keluarga ialah problem, duduk kasus sepanjang masa. Tidak ada seorangpun yang hidupnya terbebas dari problem, tetapi ukuran keberhasilan hidup justeru terletak pada kemampuan seseorang mengatasi problem. Sebaik-baik mukmin ialah orang yang selalu diuji tetapi lulus terus, khiyar al mu’min mufattanun tawwabun.(hadis). Problem itu sendiri juga merupakan ujian dari Allah, siapa diantara ,mereka yang berfikir positif, sehingga dari duduk kasus itu justeru lahir nilai kebaikan, liyabluwakum ayyukum ahsanu amala (Q/67:2) liyabluwakum fi ma a ta kum (Q/6:165)
Menurut hadis Nabi, menemukan pasangan yang cocok (saleh/salihah) dalam hidup berumah tangga berarti sudah meraih separoh urusan agama, separoh yang lain tersebar di banyak sekali bidang kehidupan. Hadis ini menunjukan bahwa rumah tangga itu serius dan strategis. Kekeliruan orientasi, keliru jalan masuk, keliru persepsi, keliru duduk kasus solving dalam hidup rumah tangga akan membawa implikasi yang sangat luas. Oleh lantaran itu duduk kasus hidup berumah tanga ialah duduk kasus sepanjang zaman, dari semenjak duduk kasus pembiasaan diri, duduk kasus aktualisasi diri, nanti meluas ke duduk kasus anak, duduk kasus mantu, cucu dan bahkan tak jarang suami isteri yang sudah berusia di atas 60 masih juga disibukkan oleh duduk kasus komunikasi suami isteri, sampai kakek dan nenek itu bisa meraih kebahagiaan.
Oleh alasannya ialah Itu makna senang di dalam keluarga berkaitan dengan tingkat duduk kasus yang dihadapinya. Kebahagiaan bergotong-royong dalam kehidupan keluarga bukan dikala komitmen nikah, bukan pula dikala bulan madu, tetapi dikala pasangan itu telah membuktikan bisa mengarungi samudera kehidupan sampai ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh orang sangat menderita dikala di ujung umurnya menyaksikan bawah umur dan cucu-cucunya nya sengsara dan hidup susah, meski perjalanan perahu rumah tangganya penuh dengan dongeng keberhasilan. Kebahagiaan di dalam keluarga hadir sehabis kita bisa mengatasi duduk kasus sepanjang kehidupan rumah tangga. Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan dalam mengarungi perahu rumah tangga (1) isteri/suami yang setia (2) bawah umur yang berbakti (3) lingkungan sosial yang sehat dan (4) rizkinya dekat. Kesetiaan menciptakan hati damai dan bangga, bawah umur yang berbakti menjadikannya sebagai buah hati, lingkungan sosial yang sehat menghilangkan rasa khawatir dan rizki yang bersahabat merangsang optimisme, idealisme dan kegigihan.
by : M. Agus Syafii
Berbagai Sumber
Sunnah kehidupan ternyata ialah duduk kasus Kehidupan kita, tak terkecuali dalam lingkup keluarga ialah problem, duduk kasus sepanjang masa. Tidak ada seorangpun yang hidupnya terbebas dari problem, tetapi ukuran keberhasilan hidup justeru terletak pada kemampuan seseorang mengatasi problem. Sebaik-baik mukmin ialah orang yang selalu diuji tetapi lulus terus, khiyar al mu’min mufattanun tawwabun.(hadis). Problem itu sendiri juga merupakan ujian dari Allah, siapa diantara ,mereka yang berfikir positif, sehingga dari duduk kasus itu justeru lahir nilai kebaikan, liyabluwakum ayyukum ahsanu amala (Q/67:2) liyabluwakum fi ma a ta kum (Q/6:165)
Menurut hadis Nabi, menemukan pasangan yang cocok (saleh/salihah) dalam hidup berumah tangga berarti sudah meraih separoh urusan agama, separoh yang lain tersebar di banyak sekali bidang kehidupan. Hadis ini menunjukan bahwa rumah tangga itu serius dan strategis. Kekeliruan orientasi, keliru jalan masuk, keliru persepsi, keliru duduk kasus solving dalam hidup rumah tangga akan membawa implikasi yang sangat luas. Oleh lantaran itu duduk kasus hidup berumah tanga ialah duduk kasus sepanjang zaman, dari semenjak duduk kasus pembiasaan diri, duduk kasus aktualisasi diri, nanti meluas ke duduk kasus anak, duduk kasus mantu, cucu dan bahkan tak jarang suami isteri yang sudah berusia di atas 60 masih juga disibukkan oleh duduk kasus komunikasi suami isteri, sampai kakek dan nenek itu bisa meraih kebahagiaan.
Oleh alasannya ialah Itu makna senang di dalam keluarga berkaitan dengan tingkat duduk kasus yang dihadapinya. Kebahagiaan bergotong-royong dalam kehidupan keluarga bukan dikala komitmen nikah, bukan pula dikala bulan madu, tetapi dikala pasangan itu telah membuktikan bisa mengarungi samudera kehidupan sampai ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh orang sangat menderita dikala di ujung umurnya menyaksikan bawah umur dan cucu-cucunya nya sengsara dan hidup susah, meski perjalanan perahu rumah tangganya penuh dengan dongeng keberhasilan. Kebahagiaan di dalam keluarga hadir sehabis kita bisa mengatasi duduk kasus sepanjang kehidupan rumah tangga. Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan dalam mengarungi perahu rumah tangga (1) isteri/suami yang setia (2) bawah umur yang berbakti (3) lingkungan sosial yang sehat dan (4) rizkinya dekat. Kesetiaan menciptakan hati damai dan bangga, bawah umur yang berbakti menjadikannya sebagai buah hati, lingkungan sosial yang sehat menghilangkan rasa khawatir dan rizki yang bersahabat merangsang optimisme, idealisme dan kegigihan.
by : M. Agus Syafii