Hadapi Anak Cengeng

 Jangan gusar kalau anak kita sebentar-sebentar menangis. Di bawah usia tiga tahun, perilaku cengeng dan rewel memang sering terjadi.

Kesulitan mengungkap cita-cita dengan kata-kata menciptakan seorang anak jadi sering menangis dan rewel. Menurut psikolog, Anna Surti Ariani, PSI dari Jagadnita Consulting, supaya cengengnya tak jadi berkepanjangan, orang bau tanah harus tanggap dan cepat berbuat sesuatu. Misalnya, pergi dari lokasi yang menciptakan anak merajuk, dan memindahkan perhatiannya ke hal lain.
Ia juga menekankan supaya orang bau tanah jangan ikut-ikutan jengkel dan memarahi si anak. "Hal ini hanya akan menambah kejengkelannya sehingga makin menjadi-jadi cengengnya. Apalagi jikalau sudah disertai perilaku kasar, ibarat merusak atau melemparkan barang; orang bau tanah harus memperlihatkan pengarahan supaya anak tidak meneruskan dan mengulangi perbuatannya."


Agar kita bisa menghadapi kecengengan anak dengan tepat, kenali dulu faktor pemicunya.
  
1. Frustrasi
Anak sudah mengungkapkan keinginannya, tapi tidak dipenuhi orang tua, maka lazimnya ia akan melampiaskan kekesalan lewat tangisan. Misal, ia menginginkan masakan atau mainan yang dilihatnya di supermarket, tapi tidak dikabulkan, maka sepanjang jalan anak akan menangis terus dan menjadi rewel.
Atasi perilaku ngambek nya dengan bujukan yang hening dan pelan. Lalu dengan tegas katakan kepadanya, ia tidak sanggup mempunyai benda-benda tersebut jikalau masih bersikap ibarat itu. Atau katakan kepadanya, Anda tidak mau mendengarkan permintaannya jikalau ia masih menangis. Jika tangisnya berhenti, peluk ia erat-erat sambil memperlihatkan benda favoritnya. Katakan juga padanya, banyak cara untuk mendapat apa yang ia mau tanpa harus bersikap tidak baik ibarat itu.
Sikap rewel di jalan bekerjsama bisa dikurangi jikalau sebelum mengajaknya pergi anak sudah dalam keadaan kenyang. "Dalam keadaan kenyang, anak biasanya tidak terlalu rewel minta jajan," ungkap Nina.

2. Situasi baru
Situasi maupun kondisi gres kadang menciptakan belum dewasa tidak betah, sebab di situ ia belum sanggup meluapkan emosinya untuk bermain. Umpamanya, anak diajak ke pesta bersama orang bau tanah dimana orang-orangnya tidak ia kenal. Belum lagi suasana hiruk-pikuk sering menciptakan anak tak betah. Namun ia sulit mengungkapkan ketidakbetahannya, jadi yang dilakukan ialah menangis.
Mengatasinya, buatlah suasana yang abnormal dan hiruk pikuk itu menjadi dekat baginya. Kenalkan ia dengan rekan atau teman-teman kita. Apalagi jikalau mereka membawa anak kecil juga. Setelah itu, biarkan belum dewasa bermain bersama supaya tidak bosan dan merasa senang.

3. Suasana tidak nyaman
Suasana yang tidak nyaman, ibarat hawa panas, udara kotor, ruangan sempit dan bunyi bising sering membuatnya menjadi cengeng. Salah satunya ialah suasana dalam angkutan umum. Suhu panas disertai bunyi derungan kendaraan beroda empat sering menciptakan anak tidak betah. Anak kemudian mencoba mengungkapkan perasaan tidak nyamannya dengan terus-menerus menangis.
Agar tak terjadi hal demikian, jelaskan dulu citra situasi dan kondisi yang akan ia temui. Sebelum mengajaknya naik angkutan umum, misal, beri ia pengertian bahwa di dalamnya hawa mungkin panas dan orang-orangnya tidak dikenal. "Namun, cobalah mengalihkan kondisi tak nyaman itu dengan hal-hal menarik, ibarat melaksanakan komunikasi atau memperlihatkan tempat-tempat menyenangkan dan menarik kepada anak sepanjang perjalanan."

4. Sakit
Karena sakit, anak mencicipi kondisi tubuhnya tidak nyaman. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Kondisi tubuhnya juga lemas dan lemah. Semua itu tak jarang menciptakan anak jadi cengeng, termasuk anak yang tadinya tidak cengeng. Belum lagi, perilaku orang bau tanah yang lebih protektif kepada anak sakit ternyata bisa menambah perilaku cengeng itu.
Tak ada jalan selain menganggapnya wajar. Lakukan sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih enak. Misal, memutarkan film atau lagu kesukaannya, atau mendongeng kan kisah yang menarik.

5. Kelelahan
Sama halnya dengan sakit, kelelahan juga bisa menciptakan anak cengeng. Misalnya, sehabis bermain seharian. Jika orang cukup umur bisa pribadi mengungkapkan kondisi tubuhnya yang lelah, maka tidak demikian dengan anak. Apalagi orang bau tanah belum tentu pribadi tanggap. Akhirnya, anak mengungkapkan kondisinya dengan perilaku rewel dan cengeng.
Kerewelan anak bekerjsama merupakan ungkapan bahwa ia menginginkan istirahat. Ajak anak ke kawasan tidur kemudian bacakan dongeng untuknya.

6. Butuh perhatian
Pada ketika perhatian orang bau tanah untuknya terpecah, anak akan merasa terbuang. Kondisi ini umumnya muncul ketika ia gres saja mempunyai adik yang menyita perhatian orang tua. Perasaan terbuang menciptakan anak rewel yang tak jarang disertai tindakan untuk memancing perhatian orang tua. Salah satunya mengganggu si adik.
Untuk mengatasinya, bersikaplah adil. Curahkan perhatian kita kepada si kakak, sama besarnya dengan kepada si adik. Tumbuhkan rasa sayang dan memiliki, contohnya dengan menyuruh abang menjaga adiknya.

7. Kehilangan figur tersayang
Hal ini akan dialami jikalau orang bau tanah meninggalkan anak dalam jangka waktu lama. Bagaimanapun, di usia ini anak sangat tergantung pada kehadiran figur yang dekat dengannya. Ketika figur itu pergi, ia merasa sangat kehilangan yang diungkapkannya dalam bentuk kecengengan.
Untuk mengatasinya, orang yang kebetulan dipercaya sebagai pengasuh harus memperlihatkan perilaku yang sanggup membuatnya nyaman. Alihkan perhatiannya dari ingatan terhadap orang bau tanah dengan aktivitas-aktivitas yang sangat menyenangkan. Umpamanya, mengajak ia bermain bersama teman-teman sebaya.

8. Terlalu banyak larangan
Terlalu banyak melarang akan menciptakan anak berang. Di usia ini perkembangan motoriknya sedang pesat. Setiap ketika beliau akan berlari-lari, menaiki kursi, maupun melompat-lompat. Nah, perilaku orang bau tanah yang selalu melarang, ibarat "Awas, nanti jatuh," atau, "Jangan dipegang-pegang, nanti pecah", tidak akan membuatnya jadi penurut, justru sebaliknya, anak ingin berontak. "Asal tahu saja, ketika itu anak ingin memperlihatkan kemampuan yang dimilikinya," ungkap Nina. Jadi, orang bau tanah justru harus memperlihatkan derma atas perkembangan anaknya. Misal, ketika ia berusaha memanjat kursi, dukunglah dengan cara tidak melarangnya, tapi menjaganya kalau-kalau ia terjatuh.

9. Habis menonton film
Di usia ini anak belum bisa membedakan dunia khayalan dalam film dengan kenyataan. Anak akan menganggap positif adegan menakutkan atau kekerasan yang kebetulan ditontonnya. Jangan heran kalau sehabis itu ia merasa ada hantu yang terus membayangi dirinya. Ia pun jadi merasa tidak nyaman dan simpel menangis. Perasaan tertekan itu juga besar lengan berkuasa terhadap aktivitasnya, ibarat selalu minta diantar jikalau ingin pergi ke kamar mandi.
Menyanggah keberadaan hantu tersebut, tidaklah menuntaskan masalah, sebab ketakutan anak akan hantu sama halnya dengan ketakutan orang cukup umur di ketika berdiri dari mimpi buruk. Lebih baik, berikan pengertian kepadanya dengan penuh kesabaran. Katakan, "Ayo kita cari hantu itu, kemudian kita usir bersama-sama, ya."


by:M. Asrori Ardiansyah, M.Pd

Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel